BANGKA BELITUNG, Spot19 – Kepulauan Bangka Belitung berada di jalur sutra laut (maritime silk route) saat masih di wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Wilayah timur Pulau Sumatra ini juga merupakan jalur perdagangan rempah dunia (spices route).
Pada masanya, Bangka Belitung merupakan jalur perdagangan utama berbagai komoditas rempah-rempah, salah satunya lada. Letaknya yang strategis menjadi titik penting konektivitas perdagangan dunia, baik Eropa dan China.
Tak mengherankan jika wilayah perairannya mengandung sumber daya arkeologi maritim yang sangat besar. Jejak sejarah tersebut masih bisa disaksikan dalam koleksi artefak Galeri Maritim Beltim.
Galeri Maritim Beltim diresmikan pada Maret 2021 berlokasi di Jalan Pegadaian, Desa Baru, Kecamatan Manggar. Galeri ini menghadirkan sekitar 879 koleksi artefak yang berasal dari Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) di perairan Beltim.
“Generasi muda bisa belajar dari sini mengenai misteri bawah laut dan juga jalur rempah yang ada di daerah ini,” kata Kepala Pusat Riset Kelautan (Pusriskel) BRSDM, I Nyoman Radiarta.
Daerah perairan timur laut Beltim merupakan taman wisata dan kawasan konservasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berpotensi memiliki sumber daya arkeologi maritim yang sangat besar. Oleh sebab itu, Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono ingin penelitian dilakukan oleh negara bukan oleh pihak asing.
Galeri maritim ini diinisiasi sejak Mei 2016 lalu oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (sekarang bernama BRSDM) KKP.
“Sejak saat itu (Mei 2016) penelitian terkait arkeologi maritim dilaksanakan oleh Pusat Riset Kelautan (Pusriskel) BRSDM,” ungkap Plt. Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Kusdiantoro.
Penelitian dilakukan secara terintegrasi bekerja sama dengan pihak-pihak lain, seperti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).