TANGSEL, Spot19 – Banyak orang tua yang ragu dan bertanya “Apakah anak millenial harus bersekolah di Pesantren?”. Mengingat banyak persepsi para orang tua bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang ‘kolot dan ketinggalan jaman’.
Padahal kalau mau ditelusuri dan dipelajari dengan baik, maka pesantren memiliki banyak keunggulan dan manfaat. Yang ini bisa menjadi alasan serta motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di pondok pesantren.
Setidaknya ada 13 alasan logis yang berhasil kami rangkum sesuai dengan pengalaman & pengamatan kami sebagai santri dan praktisi pendidikan. Berikut 13 alasan kenapa anak zaman now harus sekolah di Pesantren :
- Berasrama dan pendidikan full 24 Jam dibawah bimbingan para guru & kyai
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sangat konfrehensif dalam menjalankan fungsi pendidikan dan pengajarannya, full time 24 jam sehari. Adakah sekolah lain yang pengajarannya 24 jam sehari?
Anak didik selalu dalam pengawasan dan bimbingan para guru dan kyai sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap keberlangsungan pendidikan dan pengajaran para santrinya.
Ini sangat berbeda dengan lembaga pendidikan non pesantren, dimana proses pendidikan dan pengajarannya hanya berlangsung sekitar 8 jam. Setelah itu anak – anak kembali pada lingkungan sekitar rumahnya.
- Terhindar dari efek negatif pergaulan bebas diluar (seks bebas/narkoba/tawuran/penculikan anak, dll)
Siapakah yang berpotensi besar dalam membentuk kepribadian anak anak ? Jawabnya adalah lingkungan sekitarnya. Kalau lingkungan sekitarnya baik, maka anakpun akan memiliki kepribadian yang baik sesuai dambaan orang tua.
Sebaliknya jika lingkungan sekitarnya penuh dengan perilaku negatif, maka anakpun akan rentan terkena pengaruhnya.
Dulu, saat masih menjadi santri di Pondok Pesantren GONTOR, kami sempat bertekad : Kalau nanti punya anak tidak akan menyekolahkan mereka ke pesantren. Sebab kehidupan pesantren sangat keras bagi anak, baik disiplin/aturan maupun hukuman bagi pelanggarnya.
Namun kini setelah punya anak yang mulai beranjak remaja dan melihat perkembangan pergaulan anak zaman sekarang, maka tidak ada pilihan lain terpaksa tekad diatas harus berubah haluan menjadi : Semua Anak Saya Harus masuk Pesantren. Karena…
Lebih baik mereka “babak belur” didalam menempuh kerasnya pendidikan pesantren daripada mereka babak belur karena pergaulan yang tidak selamanya dibawah kontrol dan pantauan kita sebagai orang tua.
Terutama ada 4 jebakan yang setiap saat bisa mengintai dan merantai masa depan anak – anak kita dimana mereka sangat rentan terjerumus kedalamnya, yaitu seks bebas, narkoba, tawuran, penculikan anak. Setiap orang tua pasti tidak ingin anaknya terjebak dalam salah satu dari 4 hal mengerikan tersebut.
Jadi, dengan sistem asrama 24 jam yang sarat dengan aktivitas edukatif dan produktif maka pesantren adalah satu – satunya solusi dalam menyelamatkan anak dari 4 hal berbahaya tersebut.
- Bisa mempelajari ilmu agama dan ilmu umum secara proporsional
Banyak yang menganggap bahwa pengajaran di pesantren hanya mempelajari ilmu – ilmu agama. Kenyataannya anggapan seperti itu salah besar kalau kita melihat pada sistem kurikulum KMI – Gontor.
Pada kurikulum KMI – Gontor dan semua pondok modern lainnya, porsi mata pelajaran agama (dirosah islamiyah) berimbang proporsional dengan mata pelajaran umum.
Sehingga kekhawatiran kalau anaknya tidak bisa / sulit untuk meneruskan pendidikan ke universitas negeri itu tidak beralasan lagi.
- Mendidik dan mencetak anak sholeh idaman semua orang tua
Apakah harta yang paling berharga dan paling membuat bahagia para orang tua? Pasti semua orang tua sepakat menjawab bahwa anak sholeh/ah. Mereka adalah harta yang paling diharapkan para orang tua melebihi harta benda apapun diatas dunia ini.
Karena memiliki anak sholeh/ah adalah jaminan bagi kebahagiaan orang tua dikehidupan akhirat nanti.
Dan dari mulai adanya lembaga pendidikan pesantren di nusantara ini, pesantren terbukti dan dianggap sebagai pencetak anak – anak sholeh/ah idaman setiap orang tua, yang memiliki iman ihsan dan akhlaq yang bagus.
- Mendapat teman dari seluruh nusantara, bahkan dari mancanegara
Satu hal yang mungkin sulit didapatkan jika bersekolah di luar pesantren yaitu bisa memiliki teman dari seluruh nusantara bahkan dari mancanegara. Jika bersekolah di sekolah non pesantren, biasanya teman – teman sekolahnya hanya beda kecamatan atau maksimal kabupaten.
Tetapi di pesantren, semua teman berasal dari berbagai macam daerah dan suku bangsa. Sehingga ini bisa menambah wawasan dan memperluas serta memperlues pergaulan sosial anak.
Pertemanan lintas batas ini akan menjadi modal jejaring/networking dimasa depan mereka. Bisa dikatakan bahwa pesantren adalah Indonesia kecil.
- Biaya lebih murah dengan kualitas pendidikan yang terbaik
Pernahkah kita menghitung berapa total biaya anak kita jika sekolah diluar pesantren ?
Ingat, ketika berbicara tentang biaya anak non pesantren bukan cuma biaya SPP sekolah saja. Tapi ada juga komponen lain non sekolah seperti biaya jajan, makan sehari – hari, transportasi hingga air listrik yang digunakan anak.
Pernah, suatu hari kami mencoba menghitung bersama dihadapan beberapa walimurid PRIMAGO dan semua mata mereka terbelalak kaget. Ternyata biaya bulanan 1 anak mereka bisa mencapai 2 jutaan perbulan bahkan tidak sedikit yang lebih dari itu.
Lantas, berapa biaya bulanan anak di pesantren termasuk dengan uang saku mereka?
Kalau mengacu biaya bulanan di Gontor yang SPP + makan + asramanya tidak lebih dari 700.000/anak/bulan. Maka anak cukup dianggarkan biaya 1,5 jt/anak/bulan bahkan bisa lebih rendah dari itu, jika anak tidak termasuk tipikal yang suka jajan dan apik dalam menjaga barang barang pribadinya.
Jadi.. Anggapan kalau biaya sekolah di pesantren itu mahal adalah tidak selamanya benar. Tergantung di pesantren mana dan bagaimana anak bisa mengelola keuangannya.
- Membentuk karakter, mental dan mindset pejuang masa depan
Bisa dikatakan 100% unsur pendidikan di pesantren itu menanamkan benih-benih karakter mental dan mindset seorang pejuang. Hal ini wajar, mengingat pesantren terlahir dari zaman kolonial penjajahan.
Dan sampai saat ini pun pesantren masih memegang teguh posisioning sebagai pencetak pejuang di masyarakat lewat prinsip “Khairunnaas Anfa’uhum Linnas” – Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
- Bisa melatih dan menjaga kualitas ibadah menjadi lebih baik
Mengingat dinamika kehidupan di pesantren itu 24 jam pendidikan dalam sehari, maka dipastikan hal tersebut secara tidak langsung akan melatih dan meningkatkan kualitas ibadah anak menjadi lebih baik ketimbang mereka sekolah diluar pesantren.
Filosofi dasar pendidikan di pesantren itu : Dipaksa – Terbiasa – Bisa
Awalnya anak anak dipaksa dan terpaksa bangun subuh jam 4 pagi (paling telat) dan sholat subuh secara berjamaah. Karena setiap hari dipaksa melakukan ritual tersebut maka mau tidak mau hal itu menjadi kebiasaan bagi mereka.
Sehingga lambat laun mereka menjadi terbiasa bangun jam 4 pagi dan sholat subuh berjamaah setiap hari. Tentunya hal seperti ini akan sangat sulit didapatkan jikalau anak sekolah di luar pesantren.
- Banyak pilihan ekskul yang sangat disukai anak
Tidak sedikit yang menganggap kalau di pesantren itu minim kegiatan ekskulnya, kalaupun ada paling hanya berupa kasidahan dan sejenisnya. Tetapi, jika mau melirik pondok modern yang dimotori oleh Gontor, maka orang yang memiliki anggapan tersebut akan malu sendiri.
Pasalnya, di sistem pondok modern memiliki variasi ekskul itu adalah sebuah kewajiban, karena kegiatan tersebutlah yang akan memancing dan menumbuhkan benih-benih kreativitas, inovasi dan dinamisasi kehidupan santri. Bahkan di pesantren, seorang santri bisa mengikuti lebih dari 2 ekskul yang disukainya.
Di Gontor sendiri ada puluhan ekskul yang bisa diikuti para santrinya yang terbagi dalam 5 kelompok: Pendidikan + Seni + Olah Raga + Pramuka + Organisasi. Dan semua ekskul ini ditunjang oleh fasilitas yang sangat mumpuni.
- Bisa mempelajari dan menguasai minimal 2 bahasa internasional (Arabic & English) secara maksimal
Bisa menguasai 2 bahasa internasional tersebut di pesantren (khususnya Gontor) adalah sebuah keharusan bagi setiap santri. Pasalnya bahasa Arab dan Inggris merupakan bahasa wajib sehari hari para santri.
Bagi yang tidak menggunakan bahasa tersebut dalam komunikasi keseharian, mereka dianggap melanggar aturan dan yang pasti akan mendapatkan sangsi/hukuman yang cukup berat, di botak bagi santri putra.
- Terbuka peluang beasiswa ke luar negeri
Biasanya bagi santri yang mumpuni dipenguasaan 2 bahasa asing Arab dan Inggris akan mempunyai keinginan melanjutkan kuliah ke luar negeri lewat fasilitas beasiswa, baik ke Timur Tengah maupun Eropa. Gontor sendiri mendapatkan jatah kuota beasiswa 100 orang setiap tahunnya dari Universitas Al Azhar Mesir.
Diluar itu, alumni pesantren sering mendapatkan informasi dan rekomendasi beasiswa dari para senior mereka yang sudah dulu mendapatkan beasiswa di luar negeri.
- Bisa menjadi apapun yang dicitakan anak dan orang tuanya
Masih banyak anggapan di masyarakat bahwa alumni pesantren itu kayak si Doel anak Betawi, bisanya cuma mengaji, kalau tamat hanya bisa jadi guru mengaji atau da’i.
Tetapi, jika melihat kiprah dan kisah para alumni pesantren modern (khususnya Gontor) di masyarakat, maka anggapan tersebut salah besar.
Disamping bisa mengaji, tidak sedikit alumni pesantren berprofesi selain menjadi Da’i/Penceramah. Banyak diantara mereka berprofesi sebagai dokter, diplomat, engineering, dosen, pilot, TNI/Polri, pebisnis, pengacara, seniman, dan lain sebagainya.
Jadi… apapun cita-cita anak, bisa diwujudkan lewat pendidikan pesantren. Karena alumni pesantren memiliki kelebihan tersendiri dibanding alumni non pesantren.
- Jadi idaman para calon mertua
Setidaknya ini pengalaman penulis saat dulu mau melamar putri semata wayang mertua, dimana saat itu lamaran diterima hanya karena sebagai alumni Pesantren (Gontor), padahal ketika itu bertemu dan kenal dengan putri beliau baru sepekan itupun kenal dengannya via aplikasi chating jadoel IMRC + belum mapan secara finansial dan pekerjaan, pun diwaktu yang bersamaan harus bersaing dengan pelamar lainnya yang sudah mapan.
Dan kami di PR1MAGO Group sering sekali diminta carikan jodoh/mantu dari alumni Gontor. Baik yang disampaikan secara langsung maupun via Sosmed seperti permintaan ibu dibawah ini… ?
PENUTUP
Dari 13 alasan diatas, maka tidak ada alasan lagi kenapa anak zaman now tidak sekolah di pesantren. Mengingat pondok pesantren memiliki keunggulan dan kelebihan tersendiri dibanding sekolah non pesantren.
[Penulis : Bangzar | Founder PRIMAGO & Praktisi Pendidikan]