Jakarta – Indonesia dijuluki sebagai “Home of Hundreds Exotic Ornamental Fish” dan “Mega Biodiversity Countries” di dunia. Pasalnya, Indonesia tercatat memiliki 4.552 jenis spesies ikan hias, 440 jenis di antaranya merupakan ikan endemik.
“Berdasarkan data KKP tahun 2020, volume produksi ikan hias selama periode 2015-2019. Meningkat dari 1,31 miliar ekor menjadi 1,68 miliar ekor yang tersebar di 21 provinsi untuk ikan hias air tawar dan 7 provinsi untuk ikan hias air laut,” kata Direktur Jenderal PDSPKP Artati Widiarti.
Lebih lanjut, Artati menuturkan bahwa tren produksi ikan hias Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan produksi terbesar di wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Lampung, Banten dan Jambi.
Indonesia kini merupakan peringkat ketiga negara produsen perikanan terbesar di dunia, setelah China dan India. Pada tahun 2019, ekspor ikan hias Indonesia senilai USD 33 juta. Meningkat signifikan dari tahun 2012 sebesar USD 21 juta.
Nilai ekspor ikan hias Indonesia tahun 2019 ini merupakan 10,5 % dari pasar ikan hias dunia. Hal ini membuat Indonesia tak pernah absen menjadi 5 besar negara pengekspor ikan hias sejak 2010. Bahkan menjadi yang terbesar di dunia pada tahun 2018.
Komoditas ikan hias ekspor Indonesia antara lain adalah napoleon wrasse, arwana jardini, cupang hias, dan maskoki. Sedangkan negara tujuan utama ekspor ikan hias Indonesia adalah China, Amerika, Rusia, Kanada, dan Singapura.
”Besarnya potensi sumber daya adalah anugerah bagi Bangsa Indonesia yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, dan memiliki potensi besar sebagai penghasil devisa negara,” ungkap Artati.
Presiden RI Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara terkaya dalam hal biodiversity laut. Bangsa Indonesia, menurut Jokowi, harus memanfaatkan secara bijak anugerah tersebut. Anugerah ini dapat menyejahterakan rakyat dengan tetap menjaga alam dan keberlanjutan produksi. Hal tersebut disampaikan presiden dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, pada 4 Mei 2021.
Perlunya sustainable blue economy menjadi agenda yang harus diprioritaskan di seluruh wilayah pantai yang dimilik Indonesia. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa siap untuk mewujudkan arahan presiden itu.
KKP memiliki 3 program terobosan yang bermuara pada keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan nasional. Pertama, peningkatan PNBP dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan melalui Kebijakan Penangkapan Terukur di setiap wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Kedua, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang didukung riset kelautan dan perikanan. Dan ketiga, pembangunan kampung perikanan budidaya tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal.